Tidurku tak lagi nyenyak
Orang-orang pada berteriak
Malam seperti memekak
Dulu aku bebas berlari
Kini peluru mengancam setiap hari
Ayah ibu meninggalkanku sendiri
Sudah berakhir rasa damai
Bagai diombang-ambing badai
Mulai bercerai-berai
Ke mana aku harus berlindung
Darah berceceran dan menggunung
Air mata tak kuasa kubendung
Benarkah ini bumi yang kusinggah
Semuanya tak begitu indah
Mengapa semua bermasalah
Padahal bukan aku yang bersalah
Matahari cepatlah kau meninggi
Biarkan kulihat pagi
Sebelum aku pergi
Mungkin kelak aku tak terbangun lagi
Puisi yang tercipta di saat saya sedang menyeberang ke kampus 2 Untar untuk kuliah MKU (Mata Kuliah Umum). Saat itu saya sedang membayangkan jika saya berada di negara yang sedang terlibat perang. Mungkin seperti inilah yang terjadi pada orang-orang yang hidup di sana. Mudah-mudahan yang namanya perang dapat segera dihapuskan.
Puisi adalah sebuah tarian kata di mana imaji Anda menjadi panggungnya dan hati Anda menjadi iramanya
Jumat, 22 Mei 2009
Rabu, 06 Mei 2009
Memori
Saat kubuka buku harianku
Tertulis jelas kisah kita
Saat kulihat lukisan lamaku
Terlihat jelas potret dirimu
Bersamaku di bangku taman itu
Tiada lagi sekarang di sana
Hanya aku dan memori
Angin pun meniupkan hujan
Membasahi buku harian ini
Membasahi lukisan lama ini
Di bangku taman itu
Masih diriku di sana
Menatap bunga yang mekar
Seperti anganku pada dirimu
Sementara hujan enggan berhenti
Membasahi lagi buku harian ini
Membasahi lagi lukisan lama ini
Tertulis jelas kisah kita
Saat kulihat lukisan lamaku
Terlihat jelas potret dirimu
Bersamaku di bangku taman itu
Tiada lagi sekarang di sana
Hanya aku dan memori
Angin pun meniupkan hujan
Membasahi buku harian ini
Membasahi lukisan lama ini
Di bangku taman itu
Masih diriku di sana
Menatap bunga yang mekar
Seperti anganku pada dirimu
Sementara hujan enggan berhenti
Membasahi lagi buku harian ini
Membasahi lagi lukisan lama ini
Langganan:
Postingan (Atom)