Sabtu, 25 Agustus 2012

Tak Ada Kita

Awal yang terbaik
Ingin kuberi
Namun yang terburuk
Selalu menghampiri

Satu janji yang terucap dulu
Kini menghilang bagai angin lalu

Kereta ini membawaku berjalan
Tapi kau diam di situ
Aku dan kau tinggalkan kenangan
Aku dan kau tak bersatu

Kita tak lagi berbagi
Kita tak ada lagi

Puisi di atas adalah salah satu puisi yang juga dimuat di majalah SMA saya dulu. Ceritanya menggambarkan tentang usaha keras yang tidak kunjung membuahkan hubungan yang semestinya sehingga akhirnya yang terjadi adalah perpisahan. Puisi ini sebetulnya terinspirasi setelah saya menghayati lagu Jikustik "Aku, Kau, dan Kereta". Mungkin ini versi lain dari lagu tersebut.

Kamis, 23 Agustus 2012

Rintihan Langit

Namaku Langit
Dan kau adalah Bumi

Ciptaan rahim yang sama
Rahim Sang Pencipta
Tapi tak pernah bersama
Jarak panjang memisahkan kita

Mengapa kita tercipta bersama...
Bersama hanya untuk terpisah jauh?

Hanya saling menatap, melihat, memandang
Dan kusimpan rasa sesal
Mengapa kita tak bisa memiliki?

Ku melempar senyum dalam rupa sang awan putih
Dan kau tak pernah membalas...
Kau lebih terpesona dengan Bunga

Saat senyum hilang, datanglah mendung
Karena air mata yang tak kuasa kubendung
Lalu hujan turun
Membasahi tanah keringmu

Telah kukirim sejumput bisikan
Bersama air mataku itu
Tidakkah engkau meresapi?
Setetes demi tetes nada kerinduan
Yang keluar dari senyum pahitku

Ku tahu engkau merasa
Tetapi kau tidak meraba
Semua yang kudamba

Dikau menari-nari saja bahagia
Di antara pepohonan
Tapi dikau tidak pernah memahami
Air mataku bukan untuk Bunga yang hidup di atas tanahmu
Melainkan untukmu saja

Entah berapa banyak pengorbanan
Yang telah kutuang habis untukmu
Hanya demi kau bahagia
Bahagiamu yang bukan untukku

***

Namaku Langit
Dan kau adalah Bumi
Kenapa tidak bisa sedikit saja
Kita mendekat lebih dekat

Mengapa kita tercipta bersama...
Bersama hanya untuk terpisah jauh?